SOSIOLOGI
KELOMPOK
SOSIAL
Oleh
:
Khasanah Eka Yanuari
5402414006
Pendidikan Tata Kecantikan
Dosen Pengampu :
Dra. Titin agustina, M.Kes
NIP. 196008131986012001
JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan kepada Alloh swt. Yang mana atas berkat rahmat dan karunianya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kelompok Sosial” ini dengan baik
meskipun masih jauh dari sempurna. Sholawat beserta salam tak lupa saya
haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita semua dari alam kejahilan ke alam yang terang benderang yang disinari oleh
ilmu pengetahuan iman dan islam.
Saya menyadari bahwa makalah yang
saya selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan seperti halnya pepatah Tak ada
gading yang tak retak, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah saya
selanjutnya.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelasaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sebagai
makhluk sosial kita pasti melakukan bahkan membutuhkan interaksi sosial dengan
orang lain karena dalam kehidupan ini mustahil kita bisa hidup sendiri tanpa
bantuan dari orang lain. Dalam interaksi yang terjadi dikalangan masyarakat
tersebut secara sengaja maupun tidak sengaja maka akan membentuk kelompok
sosial mulai dari kelompok sosial yang terkecil yaitu keluarga sampai dengan
kelompok sosial yang sangat kompleks. Kelompok sosial itu terbentuk karena
adanya kesamaan kepentingan, sejumlah tujuan serta untuk memenuhi peran sosial
yang kita terima sebagai anggota masyarakat. Kelompok memainkan peran yang
sangat penting dalam struktur sosial. Oleh karena itu dalam makalah ini saya
akan membahas serta mengidentifikasi sedikit mengenai kelompok sosial yang
terjadi di masyarakat.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
pengertian dari kelompok sosial?
2. Apa
saja kategori dan macam-macam dari kelompok sosial?
3. Apa
saja ciri-ciri kelompok sosial?
4. Bagaimana
proses terbentuknya kelompok sosial?
5. Apa
saja contoh-contoh kelompok sosial?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian dari kelompok sosial
2. Mengetahui
kategori dan macam-macam dari kelompok sosial
3. Mengetahui
ciri-ciri kelompok sosial
4. Mengetahui
proses terbentuknya kelompok sosial
5. Mengetahui
contoh-contoh kelompok sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kelompok Sosial
Secara sosiologis istilah kelompok mempunyai
pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan
berinteraksi, di mana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan kesatuan-kesatuan dari manusia yang
hidup bersama, punya keinginan sama, bekerja bersama, bertujuan sama, dan
berperasaan sama. Jadi perasaan persatuan dalam kelompok sosial akan tercapai
apabila setiap anggota kelompok mempunyai pandangan yang sama tentang masa
depan yang bersama, dan dengan sadar di antara mereka mengetahui tugas-tugas
dan syarat-syarat untuk mewujudkan masa depannya itu.
Pengertian kelompok sosial menurut beberapa ahli:
1. Joseph S.
Roucek dan Roland L. Warren (1984)
Kelompok sosial merupakan satu
kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang di antara mereka terdapat
beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang
lain secara keseluruhan.
2. Mayor Polak
(1979)
Kelompok sosial adalah suatu group,
yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan antarhubungan
itu bersifat sebagai sebuah struktur.
3. Wila Huky
(1982)
Kelompok sosial merupakan suatu unit
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi atau saling
berkomunikasi.
4. Soerjono
Seokanto
Kelompok
sosial adalah kesatuan manusia yg hidup bersama, hubungan timbal balik dan
saling
mempengaruhi.
5.
Hendro Puspito
Kelompok
sosial adalah kumpulan nyata, teratur, dan tetap dari sejumlah individu yang
melakukan peran perannya yang saling berkaitan.
6.
Georga Homas
Kelompok sosial adalah sekumpulan individu yg
melakukan kegiatan bersama, saling berinteraksi, dan terorganisasi.
7.
Paul B. Horton dan Chester L Hunt
Istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan
manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotannya dan saling berinteraksi.
Menurut Huky ada beberapa ciri dasar dari suatu
kelompok, antara lain:
1. Kelompok selalu terdiri dari paling sedikit dua
orang dan dapat bertambah lebih dari itu
2. Di antara para anggotanya terdapat interaksi dan
komunikasi
3. Komunikasi dan interaksi yang terjadi harus
bersifat timbal balik
4. Kelompok-kelompok itu bisa sepanjang hidup atau
jangka panjang, namun juga dapat bersifat
sementara atau jangka pendek.
5. Pengalaman kelompok manusia adalah unik. Dikatakan
seperti itu karena meskipun dalam kehidupan
binatang juga terjadi kelompok-kelompok, namun kelompok yang mereka bentuk
tidak ada kelanjutan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
6. Terdapat minat dan kepentingan bersama
7. Pembentukan kelompok dapat berdasarkan pada situasi
yag beraneka-ragam, di mana dalam situasi itu manusia dituntut untuk bersatu.
Ciri-ciri kelompok sosial :
1. Merupakan kesatuan yg nyata dapat dibedakan dari
kesatuan manusia lainnya
2. Memiliki
struktur sosial, di mana individu yg menjadi anggotanya dalam melaksanakan
stats dan peran sosial
3. Seitap
anggota kelompok sosial saling berinteraksi dan berkomunikasi sesuai dg sistem
nilai dan norma sosial yg telah disepakati
4. Memiliki
kepentingan bersama
5. Adanya interaksi
dan komunikasi di antara para anggotanya
Menurut Abdul Syani (1987), ada sejumlah sistem yang
dapat menyebabkan kelompok dikatakan berstruktur, yaitu:
1. Adanya
sistem dari status-status para anggotanya, seperti sebuah organisasi pemuda
yang memiliki susunan pengurus yang sifatnya
hierarki
2. Terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
dalam mempertahankan kehidupan kelompoknya
3. Terdapat peranan-peranan sosial (social role) yang merupakan aspek
dinamis dari struktur
Selain ada kelompok yang berstruktur terdapat juga
kelompok yang tidak berstruktur. Kelompok ini dinamakan kolektivitas, misalnya
sekelompok pemuda yang sedang berkumpul di tepi jalan. Kelompok semacam ini
tidak berstruktur, di dalamnya tidak terdapat susunan rencana kerja, tidak
terdapat aturan-aturan yang disetujui bersama, dan tanpa adanya status yang
mengatur kelompoknya. Namun, kolektivitas juga dapat berubah menjadi kelompok
yang berstruktur apabila dibentuk semacam kepengurusan atau perencanaan dengan
dasar ikatan kelompok.
B. Proses Terbentuknya Kelompok Sosial
Terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya
naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia sejak dilahirkan sudah
mempunyai dorongan naluri untuk hidup berkelompok. Namun dalam perkembangan
selanjutnya manusia hidup dengan mempunyai kehendak dan kepentingan yang tidak
terbatas. Manusia dalam memenuhi kehendak dan kepentingannya tersebut tidak
dapat melakukannya sendiri, melainkan harus dilakukan bersama.
Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia
terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu:
1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia-manusia
lain di sekitarnya
2. Hasrat
untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya
Menurut
Soerjono Soekanto, bahwa himpunan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok
sosial apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:
1. Setiap anggota kelompok mempunyai kesadaran bahwa
ia merupakan anggota dari kelompoknya
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota satu
dengan anggota yang lainnya
3. Ada suatu
faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
Faktor tersebut antara lain tujuan yang sama, kepentingan yang sama, dan
lain-lain.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola
perilaku.
Faktor-faktor
terbentuknya kelompok sosial :
a.
Faktor
keturunan
b.
Faktor
daerah asal
c.
Faktor
geografis
d.
Faktor
kepentingan
e.
Faktor
keagamaan
f. Faktor
ideologi kenegaraan
C.
Macam-Macam Kelompok Sosial
1.
Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
a.
Berdasarkan besar kecilnya anggota kelompok
Menurut George Simmel, besar kecilnya jumlah
anggota kelompok akan memengaruhi kelompok dan pola interaksi sosial dalam
kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Simmel memulai dari satu orang sebagai
perhatian hubungan sosial yang dinamakan monad. Kemudian monad
dikembangkan menjadi dua orang atau diad, dan tiga orang atau triad,
dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Hasilnya semakin banyak jumlah anggota
kelompoknya, pola interaksinya juga berbeda.
b. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok
Derajat interaksi ini juga dapat dilihat pada beberapa
kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga,
masyarakat desa, akan mempunyai kelompok yang anggotanya saling mengenal dengan
baik (face-to-face groupings). Hal ini berbeda dengan kelompok sosial
seperti masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di mana anggota-anggotanya
tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan kepentingan dan wilayah
Sebuah masyarakat setempat (community)
merupakan suatu kelompok sosial atas dasar wilayah yang tidak mempunyai
kepentingan-kepentingan tertentu. Sedangkan asosiasi (association)
adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan
tertentu.
d. Berdasarkan kelangsungan kepentingan
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan misalnya,
merupakan kelompok yang keberadaannya hanya sebentar karena kepentingannya juga
tidak berlangsung lama. Namun, sebuah asosiasi mempunyai kepentingan yang
tetap.
e. Berdasarkan derajat organisasi
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial
yang terorganisasi dengan rapi seperti negara, TNI, perusahaan dan sebagainya.
Namun, ada kelompok sosial yang hampir tidak terorganisasi dengan baik, seperti
kerumunan.
Secara umum
tipe-tipe kelompok sosial adalah sebagai berikut.
- Kategori statistik, yaitu pengelompokan atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya kelompok umur.
- Kategori sosial, yaitu kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia).
- Kelompok sosial, misalnya keluarga batih (nuclear family)
- Kelompok tidak teratur, yaitu perkumpulan orang-orang di suatu tempat pada waktu yang sama karena adanya pusat perhatian yang sama. Misalnya, orang yang sedang menonton sepak bola.
- Organisasi Formal, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan terlebih dahulu, misalnya perusahaan.
2.
Kelompok Sosial dipandang dari Sudut Individu
Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia
tidak hanya mempunyai satu kelompok sosial tempat ia menjadi anggotanya. Namun,
ia juga menjadi anggota beberapa kelompok sosial sekaligus. Terbentuknya
kelompok-kelompok sosial ini biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, jenis
kelamin, pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok sosial
tersebut akan memberikan kedudukan dan prestise tertentu. Namun yang perlu
digarisbawahi adalah sifat keanggotaan suatu kelompok tidak selalu bersifat
sukarela, tapi ada juga yang sifatnya paksaan. Misalnya, selain sebagai anggota
kelompok di tempatnya bekerja, Pak Tomo juga anggota masyarakat, anggota
perkumpulan bulu tangkis, anggota Ikatan Advokat Indonesia, anggota keluarga,
anggota Paguyuban masyarakat Jawa dan sebagainya.
3.
In-Group dan Out-Group
Sebagai seorang individu, kita sering merasa bahwa aku
termasuk dalam bagian kelompok keluargaku, margaku, profesiku, rasku,
almamaterku, dan negaraku. Semua kelompok tersebut berakhiran dengan kepunyaan
“ku”. Itulah yang dinamakan kelompok sendiri (In group) karena aku
termasuk di dalamnya. Banyak kelompok lain dimana aku tidak termasuk keluarga,
ras, suku bangsa, pekerjaan, agama dan kelompok bermain. Semua itu merupakan
kelompok luar (out group) karena aku berada di luarnya.
In-group dan out-group dapat dijumpai
di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama.
Pada masyarakat primitif yang masih terbelakang kehidupannya biasanya akan
mendasarkan diri pada keluarga yang akan menentukan kelompok sendiri dan
kelompok luar seseorang. Jika ada dua orang yang saling tidak kenal berjumpa
maka hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari hubungan antara keduanya.
Jika mereka dapat menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanya pun akan
bersahabat karena keduanya merupakan anggota dari kelompok yang sama. Namun,
jika mereka tidak dapat menemukan adanya kesamaan hubungan antaa keluarga maka
mereka adalah musuh sehingga merekapun bereaksi.
Pada masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak
kelompok sehingga mungkin saja saling tumpang tindih dengan kelompok luarnya.
Siswa lama selalu memperlakukan siswa baru sebagai kelompok luar, tetapi ketika
berada di dalam gedung olahraga mereka pun bersatu untuk mendukung tim sekolah
kesayangannya.
4.
Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer
adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara
anggota-anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi. Sebagai
salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah adanya
peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu
menjadi tujuan kelompok juga. Oleh karena itu hubungan sosial di dalam kelompok
primer berisfat informal (tidak resmi), akrab, personal, dan total yang
mencakup berbagai aspek pengalaman hidup seseorang.
Di dalam kelompok primer, seperti: keluarga, klan,
atau sejumlah sahabat, hubungan sosial cenderung bersifat santai. Para anggota
kelompok saling tertarik satu sama lainnya sebagai suatu pribadi. Mereka
menyatakan harapan-harapan, dan kecemasan-kecemasan, berbagi pengalaman,
mempergunjingkan gosip, dan saling memenuhi kebutuhan akan keakraban sebuah
persahabatan.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah
kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa
hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga
tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial bersifat
formal, impersonal dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada manfaat (utilitarian).
Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi
sebagai seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas
pribadi tidak begitu penting, tetapi cara kerjanya.
Kelompok
primer
|
Kelompok
sekunder
|
Jumlah anggota sedikit, kurang dari 30 anggota
|
Jumlah anggota banyak, lebih dari 30 orang
|
Hubungan bersifat pribadi dan akrab
|
Hubungan bersifat tidak pribadi dan jauh antara
sesama anggota
|
Komunikasi tatap muka sering terjadi
|
Komunikasi tatap muka jarang terjadi
|
Bersifat permanen, para anggota berada bersama dalam
waktu yang lebih lama
|
Bersifat temporer, para anggota berada bersama-sama
dalam aktu yang relative singkat
|
Para anggota saling mengenal secara baik dan
mempunyai perasaan loyalitas atau we
feeling yang kuat
|
Anggota tidak saling mengenal secara baik
|
Bersifat informal
|
Bersifat lebih formal
|
Keputusan dalam kelompok bersifat tradisional dan
kurang rasional
|
Keputusan dalam kelompok lebih rasional dan
menekankan pada efisiensi
|
5. Paguyuban
(Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan
(gesellschaft) dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Pengertian
paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya
diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta kekal. Dasar
hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah
dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga,
kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum ciri-ciri
paguyuban adalah:
- Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra
- Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi
- Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain di luar “kita”
Di dalam
setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban
berikut.
- Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga dan kelompok kekerabatan.
- Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan, rukun tetangga.
- Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama. Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
Sebaliknya, patembayan (gesellschaft) adalah
ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu yang pendek.
Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary)
serta strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin. Bentuk gesellschaft
terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik.
Misalnya, ikatan perjanjian kerja, birokrasi dalam suatu kantor, perjanjian
dagang, dan sebagainya.
Ciri-ciri
hubungan paguyuban dengan patembayan dapat diketahui dari tabel berikut:
Paguyuban
|
Patembayan
|
Personal
Informal
Tradisional
Sentimental
Umum
|
Impersonal
Formal,
kontraktul
Utilitarian
Realistis,
“ketat”
Khusus
|
6. Formal
Group dan Informal Group
Menurut Soerjono Soekanto, formal group adalah
kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh
anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Kriteria rumusan
organisasi formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan
dan mengoordinasikan usaha-usaha demi tercapainya tujuan berdasarkan
bagian-bagian organisasi yang bersifat khusus.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme
administratif. Misalnya, sekolah terdiri atas beberapa bagian, seperti kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua murid, bagian tata usaha dan lingkungan
sekitarnya. Organisasi seperti itu dinamakan birokrasi. Menurut Max Weber,
organisasi yang didirikan secara birokrasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan.
- Posisi dalam organisasi terdiri atas hierarki struktur wewenang.
- Suatu sistem peraturan memengaruhi keputusan dan pelaksanaannya.
- Unsur staf yang merupakan pejabat, bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan organisasi.
- Para pejabat berharap agar hubungan atasan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal.
- Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.
Sedangkan pengertian informal group adalah kelompok
yang tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Kelompok-kelompok
tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali.
Dasar pertemuan-pertemuan tersebut adalah kepentingan-kepentingan dan
pengalaman-pengalaman yang sama. Misalnya klik (clique), yaitu suatu
kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok
besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik
antaranggota yang biasanya hanya “antarakita” saja.
7.
Membership Group dan Reference Group
Mengutip pendapat Robert K Merton, bahwa membership
group adalah suatu kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai untuk
menentukan keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal ini
disebabkan perubahan-perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan
memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok tadi sehingga adakalanya
seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompok tersebut walaupun
secara resmi dia belum keluar dari kelompok itu.
Reference group adalah
kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang (bukan anggota kelompok) untuk
membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seseorang yang bukan
anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasikan dirinya dengan
kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi anggota TNI,
tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki lembaga pendidikan militer.
Namun, ia bertingkah laku layaknya seorang perwira TNI meskipun dia bukan
anggota TNI.
8.
Kelompok Okupasional dan Volunteer
Pada awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono
Soekanto, dapat melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam
masyarakat tersebut belum ada pembagian kerja yang jelas. Akan tetapi, sejalan
dengan kemajuan peradaban manusia, sistem pembagian kerja pun berubah. Salah
satu bentuknya adalah masyarakat itu sudah berkembang menjadi suatu masyarakat
yang heterogen. Pada masyarakat seperti ini, sudah berkembang sistem pembagian
kerja yang didasarkan pada kekhususan atau spesialisasi. Warga masyarakat akan
bekerja sesuai dengan bakatnya masing-masing. Setelah kelompok kekerabatan yang
semakin pudar fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok
terdiri atas orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini
sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama
para anggotanya.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi,
hampir tidak ada masyarakat yang tertutup dari dunia luar sehingga ruang
jangkauan suatu masyarakatpun semakin luas. Meluasnya ruang jangkauan ini
mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat tersebut. Akhirnya tidak semua
kepentingan individual warga masyarakat dapat dipenuhi.
Akibatnya dari tidak terpenuhinya
kepentingan-kepentingan masyarakat secara keseluruhan, muncullah kelompok
volunteer. Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama,
namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas jangkauannya
tadi. Dengan demikian, kelompok volunteer dapat memenuhi
kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu
kepentingan masyarakat secara luas.
Beberapa kepentingan
itu antara lain:
- Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
- Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri
- Kebutuhan akan kasih sayang
9.
Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul
secara kebetulan di suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya
kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah
kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telingan dapat
mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera berakhir setelah orang-orangnya
bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat
sementara (temporer).
Secara garis
besar Kingsley Davis membedakan bentuk kerumunan menjadi:
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan
ini dapat dibedakan menjadi:
1) Khalayak penonton atau pendengar
formal (formal audiences), merupakan kerumunan yang mempunyai pusat
perhatian dan tujuan yang sama. Misalnya, menonton film, mengikuti kampanye
politik dan sebagainya.
2) Kelompok ekspresif yang telah
direncanakan (planned expressive group), yaitu kerumunan yang pusat
perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang
tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual Crowd)
Kerumunan
ini dibedakan menjadi:
1) Kumpulan yang kurang menyenangkan
(inconvenient aggregations). Misalnya, orang yang sedang antri
tiket, orang-orang yang menunggu kereta.
2) Kumpulan orang-orang yang sedang
dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu orang-orang yang bersama-sama
berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Dorongan dalam diri
individu-individu yang berkerumun tersebut mempunyai kecenderungan untuk
mempertinggi rasa panik. Misalnya, ada kebakaran dan gempa bumi.
3) Kerumunan penonton (spectator
crowds), yaitu kerumunan yang terjadi karena ingin melihat kejadian
tertentu. Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma
hukum (Lawless Crowd)
Kerumunan
ini dibedakan menjadi:
1) Kerumunan yang bertindak
emosional (acting mobs), yaitu kerumunan yang bertujuan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku. Misalnya aksi demonstrasi dengan kekerasan.
2) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral
crowds), yaitu kerumunan yang hampir sama dengan kelompok ekspresif.
Bedanya adalah bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya,
orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan
kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung
melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang berantai,
desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya. Alat penghubung
semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-pengikut yang
lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar,
tidak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.
10.
Masyarakat Setempat (Community)
Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas
tertentu. Faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar
di antara anggota dibandingkan dengan interaksi penduduk di luar batas
wilayahnya.
Secara garis besar masyarakat setempat berfungsi
sebagai ukuran untuk menggaris bawahi kedekatan hubungan antara hubungan sosial
dengan suatu wilayah geografis tertentu. Akan tetapi, tempat tinggal tertentu
saja belum cukup untuk membentuk suatu masyarakat setempat. Hal ini masih
dibutuhkan adanya perasaan komunitas (community sentiment).
Beberapa
unsur komunitas adalah:
1. Seperasaan
Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk
mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok
tersebut. Akibatnya, mereka dapat menyebutnya sebagai “kelompok kami” atau
“perasaan kami”.
2.
Sepenanggunan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok
dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3.Saling memerlukan
Individu yang bergabung dalam masyarakat setempat
merasakan dirinya tergantung pada komunitas yang meliputi kebutuhan fisik maupun
biologis.
Untuk mengklasifikasikan masyarakat setempat, dapat
digunakan empat kriteria yang saling berhubungan, yaitu:
- Jumlah penduduk
- Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk
- Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
- Organisasi masyarakat yang bersangkutan
D. Contoh-contoh Kelompok
Sosial
Berikut ini ada beberapa contoh kelompok sosial yang
ada di masyarakat :
- Kelompok Sepeda Onthel Yogyakarta
- Komunitas Pecinta Google
- Fatinistic Yogyakarta (kelompok penggemar Fatin)
- Remaja Masjid Al-Hikmah Sleman
- Karang Taruna
- Kelompok Ronda Malam Minggu
- Kelompok Pecinta Ular
- Kelompok Sosial Arisan ibu ibu Minggu Wage
- Komunitas Pecinta Alam
- Komunita Pedagang Jujur yang suka facebook
- Ibu ibu PKK
- Persatuan Ojek Desa Ular Panjang
- Kelompok Futsal Ibu ibu
- Komunitas Senam Sehat Hari Minggu
- Komunitas Pemuda Ganteng Banget
- Komunitas Orang Gundul
- Kelompok Sosial Peduli Bersam
- Kelompok Relawan Dengan Senang Hati
- Kumpulan Pecinta Jangka Sorong
- Dan lain Sebagainya
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut bahasa
kelompok sosial berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Sosial” yang berarti
sosial/kemasyarakatan dan “group” yang berarti kelompok/golongan. Sedangkan
menurut istilah kelompok sosial yaitu sejumlah orang yang memiliki norma-norma,
nilai-nilai, serta harapan yang sama, yang secara sengaja dan teratur saling
berinteraksi dan mempunyai kesadaran diri sebagai anggota kelompok yang diakui
oleh pihak luar.
Jadi, kelompok
sosial itu bisa terbentuk apabila mereka memiliki kesamaan kepentingan, tujuan,
serta untuk memenuhi peran sosial, karena kelompok sosial yang ada dalam
masyarakat memainkan peran yang sangat penting dalam struktur sosial.
B.
SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini saya menyadari bahwa
dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik serta saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
http://infosos.wordpress.com/kelas-xi-ips/kelompok-sosial/
http:/fitrihariyanti22.blogspot.com/2013/04/makalah-sosiologi-kelompok-sosial.html?m=1
http:/alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45461-makalah-kelompok%20sosial.html
0 comments:
Post a Comment