Saturday 26 May 2018

Contoh Laporan Observasi Pelaksanaan BK di Sekolah



Laporan Observasi Pelaksanaan BK
SMA N 1 Brebes




Oleh:
Anik Prabowo
2501416094




Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik (Pendidikan Seni Musik)
Fakultas Bahasa dan Seni
UNNES
Rombel 28/No Presensi 18
2018

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan observasi ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
            Laporan observasi yang saya beri judul “Pelaksanaa BK di SMA N 1 Brebes” ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Penyusunan laporan observasi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membina saya dengan baik sehingga dapat menyelesaikan laporan observasi ini dengan baik pula.
            Laporan observasi ini saya buat atas dasar pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Juga berdasarkan atas perkembangan teknologi yang saya jadikan referensi.
Semoga amal budi baik semua pihak yang diberikan kepada saya mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Saya menyadari bahwa penulisan laporan observasi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

                                                                                                            Semarang, 1 Mei 2018

                                                                                                                        Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................
FOTO COPY IJAZAH..............................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................            2
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penugasan .........................................................           4-5
B.     Gambaran Deskripsi tentang sekolah..........................................            5
C.     Profil BK di sekolah ...................................................................            5
D.    Perumusan Masalah pelaksanaan BK di sekolah........................
BAB 2             TEMUAN DATA
A.    Guru bidang studi........................................................................
B.     Wali kelas....................................................................................
C.     Kepala/ waka sekolah..................................................................
D.    Koordinator BK...........................................................................
E.     Guru BK......................................................................................
F.      Siswa ...........................................................................................
G.    TU................................................................................................
BAB 3             TINJAUAN PUSTAKA
A.    Teori-teori tentang BK................................................................            6
BAB 4             ANALISIS DAN PEMBAHASAN...................................................
BAB 5             PENUTUP
A.    Simpulan Hasil analisis dan pembahasan ...................................           12
B.     Rekomendasi berdasarkan simpulan ..........................................           12
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................           13
LAMPIRAN                                                                                                              
BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Penugasan

Bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah baik tingkat pendidikan dasar serta menengah menjadi kebutuhan primer bagi warga sekolah. Karena dalam aktivitas pendidikan, siswa banyak membutuhkan bimbingan dari konselor. Kegiatan tersebut tidak serta merta dilakukan oleh konselor/guru BK di sekolah, namun peran guru mata pelajaran sangat membantu kegiatan tersebut. Guru mata pelajaran memberikan materi di setiap harinya dan secara tidak langsung guru tersebut paham betul perkembangan serta problematika yang dihadapi siswa baik masalah akademis maupun masalah kepribadian siswa. Realitas di lapangan yaitu yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran yang sarat akan beban selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan semua materi, guru mata pelajaran juga dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan, sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Kompetensi guru selain menyampaikan materi secara paedagogis, peran guru mata pelajaran juga dapat berperan sebagai infomator, fasilitator, motivator, mediator, kolaborator dan lain-lain. Dalam laporan observasi ini penulis akan mencoba menjelaskan pelaksanaan BK yang berdasarkan observasi langsung di SMA N 1 Brebes.






B.       Gambaran Deskripsi tentang sekolah

SMA Negeri 1 Brebes merupakan satu satunya sekolah rujukan di kabupaten Brebes dan juga salah satu Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) di mana kurikulum yang digunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). SMA Negeri 1 Brebes merupakan SMA yang pertama kali ada di Kabupaten Brebes dan beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No. 11, Brebes 52212, Jawa Tengah. Lokasi tanah diperoleh dari Agraria yaitu dari tanah Negara Bakap Rilbaan seluas 1 hektare. Tanah tersebut berupa tegalan yang tidak produktif. Pada tanggal 10 November 1963 gedung SMA Negeri Brebes yang terdiri atas 6 (enam) lokal kelas telah dapat diselesaikan dengan baik yang kemudian diserahterimakan oleh Kodim 0713 Brebes kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Brebes selaku ketua Yayasan SMA Negeri Brebes.
SMA Negeri 1 Brebes mempunyai 30 lokal kelas, 1 perpustakaan, 3 laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi), 1 laboratorium bahasa,1 laboratorium komputer, 1 ruang bermusik dan Aula Wijayakusuma. Dari tahun ke tahun SMA Negeri 1 Brebes mengalami perkembangan baik dari segi fisik maupun kualitas dan mutu pendidikan.
Pada tahun pelajaran 2008/2009 siswa kelas XII SMA Negeri 1 Brebes lulus 100%. Dan salah satu siswa kelas XI mengikuti pertukaran pelajar se-ASEAN ke Singapura bernama Renaldi Adhi Nugraha. Dalam kejuaraan Olimpiade Sains juga masuk dalam tingkat provinsi dan nasional di bidang Biologi.
Selain dalam bidang akademik SMA Negeri 1 Brebes juga berprestasi, seperti dalam bidang olahraga maupun seni. Dalam bidang olahraga seperti basket, voli, tenis, sepak bola, lari, dan masih banyak yang lainnya. Dalam bidang lainnya seperti paduan suara, baca puisi, pidato, cerdas cermat, teater, debat bahasa Inggris, dan lomba-lomba yang lainnya.




C.      Profil BK di sekolah

SMA N 1 Brebes memiliki jumlah guru BK sebanyak 7 guru, masing-masing mendapatkan tugas sesuai dengan aturan atau sesuai dengan kebijakan yang Asesmen merupakan salah satu kegiatan  pengukuran. Dalam konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor  sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung (Ratna Widiastuti, 2010).dari koordinator, mereka bertugas sesuai dengan SK yang telah di berikan oleh kepala sekolah. Memiliki slogan “peduli siswa, BK bukan kantor polisi tapi tempat konsul”, misi yang ada di BK sendiri untuk mensukseskan visi dan misi yang ada di sekolah.

D.      Perumusan Masalah pelaksanaan BK di sekolah
 Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian bimbingan dan konseling?
2.      Apa tujuan bimbingan dan konseling di sekolah?
3.      Apa fungsi bimbingan dan konseling di sekolah?
4.      Apa masalah yang muncul dalam proses pelaksanaan BK di sekolah?
5.      Bagaimana peran guru studi dalam pelayanan BK di sekolah?












BAB II
TEMUAN DATA

A.    Guru bidang studi
Guru bidang studi merupakan guru yang mengajar mata pelajaran dalam suatu sekolah. Guru ini juga berperan dalam kegiatan BK di kelas sebab kegiatan belajar mengajar guru tersebut harus memperatikan tingkah laku anak dalam menerima mata pelajaran. Berikut pendapat dari beberapa guru bidang studi di SMA N 1 Brebes:
1.        Dra. Rita Mapilinda (Guru Bahasa Indonesia)
Menurut beliau pada saat KBM di dalamnya terdapat unsur bimbingan dan bimbingan terintegrasi dalam materi. Contohnya: pada hari kartini lalu di berikan materi puisi mengenai wanita, di dalam materi tersebut di berikan bimbingan bahwasanya sebagai wanita harus hati-hati, baik dalam berbicara, bersikap, maupun dalam berpakaian. Bimbingan di dalam kelas dapat dilakukan setelah memberikan materi atau pada saat jam pelajaran akan selesai maka bisa di berikan bimbingan terhadap siswanya ataupun saat ada permasalahan di dalam kelas ketika KBM sedang berlangsung. Masalah yang sering muncul pada saat KBM yakni siswa pandangan kosong (melamun), mengantuk, dan bergurau antar teman. Masalah tersebut di tangani dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Teguran (halus).
b.      Di kejutkan dengan pertanyaan mengenai materi.
c.       Teguran halus agar anak tidak antipasti.

2.     Nur Fatmah, S.Pd (Guru Bahasa Jawa)
    Menurut beliau bimbingan dapat dilakukan dimanapun tidak hanya di kelas, bimbingan di dalam kelas sering beliau lakukan melalui sebuah cerita, supaya siswanya tertarik dan mau mendengarkan apa yang di sampaikan oleh beliau, sehingga nantinya siswa dapat memahami apa pesan yang telah di sampaikan beliau melalui cerita tersebut. Pada saat KBM beliau jarang di temukannya masalah di dalam kelas, karena siswanya sudah menyukai dengan metode pengajaran yang telah di lakukan oleh beliau, masalah yang muncul hanya sebatas siswa mengantuk. Masalah tersebut di selesaikan dengan cara menyuruh siswa ke kamar mandi untuk cuci wajah agar lebih segar.

3.        Drs. Moh. Sanuri (Guru Seni Rupa)
       Menurut beliau bimbingan dapat di lakukan tidak hanya dengan memberi nasihat, bimbingan juga dapat diberikan melalui materi seperti pemberian tugas, secara tidak langsung pemberian tugas ini melatih siswa agar dapat bertanggung jawab karena sebagai siswa di tuntut untuk menuntut ilmu. Selain itu bimbingan juga dapat dilakukan pada saat pemberian materi di dalam kelas, seperti materi menggambar batik. Dalam proses menggambar tersebut tanpa di sadari terdapat bimbingan yakni siswa di latih untuk ulet, sabar, dan kreatif. Sedangkan masalah yang sering muncul di dalam kelas yakni siswa merasa tidak percaya diri karena menurut siswa seni menyangkut dengan bakat, siswa yang tidak memiliki bakat akan merasa malas sehingga malas belajar. Masalah tersebut siswa di berikan motivasi bahwasanya seni tidak menyangkut bakat, semua orang mempunyai ciri seni tersendiri.

4.        Kursiah, S.E (Guru Ekonomi)
       Menurut beliau bimbingan di dalam kelas harus selalu di lakukan, karena bimbingan di dalam kelas dapat membentuk karakter siswanya. Bimbingan yang di lakukan yakni dengan cara selalu memberikan nasihat terhadap siswa, di samping itu guru bisa lebih akrab dengan siswa. Masalah yang biasa muncul di dalam kelas yakni siswa ijin keluar (bolos) karena bosan dengan metode pembelajarannya sehingga kita sebagai guru harus pintar dalam membuat metode pengajaran supaya siswa tidak merasa bosan agar materi yang di sampaikan dapat di pahami sisw dengan baik.



5.        Rofi Al Juhaeni,S.Pd.(Guru Bahasa Perancis)
       Menurut beliau bimbingan di dalam kelas di lakukan dengan cara metode pembelajaran mengelompok, siswa di kelas akan di kelompokkan sesuai dengan kemampuannya, siswa yang pintar di dalam kelas akan di jadikan sebagai ketua dalam kelompok tersebut dan memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan kepada anggotanya,karena dengan menggunakan metode pembelajaran seperti ini siswa di latih untuk menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab, kekompakan di dalam kelompok pun di latih, seorang pemimpin di ajarkan agar sabar dalam mengjarkan anggota kelompoknya, selain itu di dalam kelompok akan saling memahami, menghargai dan berbagi. Jarang di temukan masalah yang muncul di dalam kelas karea siswanya sendiri menyukai metode pengajaran yang di gunakan di dalam kelas.

B.       Wali kelas
     Wali kelas merupakan guru mata pelajaran yang diberi tanggung jawab untuk menjadi orang tua pengganti di sekolah untuk satu kelas. Tentu saja wali kelas memiliki peran yang sangat penting untuk memperhtikan tingkah laku maupun prestasi anak nya dalam kegiatan di kelas maupun luar kelas. Berikut pendapat dari beberapa wali kelas di SMA N 1 Brebes:
1.        Nur Fatmah, S.Pd (11 IPA 6)
Menurut beliau sebagai wali kelas bimbingan harus dilakukan secara rutin, beliau melkukan bimbingan terhadap kelasnya 1 minggu sekali, masalah yang sering kali muncul di kelas biasanya mengenai keluhan pengurus harian kelas terutama bendahara yang kesusahan dalam menarik uang kas, masalah ini dapat di selesaikan ketika di lakukannya bimbingan dengan wali kelas, dimana wali kelas berperan untuk memberikan nasihat terhadap siswa-siswanya.




2.    Dra. Rita Mapilinda (12 IPA 1)
Beliau selaku wali kelas selalu rutin untuk membimbing siswa-siswinya, beliau selalu memantau dan sering berkumpul dengan siswanya agar lebih dekat dan mengenal dengan siswa-siswinya, masalah yang biasa muncul di dalam kelas yakni masalah antar teman kelas, dimana siswanya memiliki masalah pribadi dengan teman sekelasnya, di sini sebagai wali kelas beliau melakukan tindakan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam kelas dengan cara melakukan interaksi dengan kedua belah pihak dan memberikan nasihat.

3.    Kursiah, S.E (11 IPS 3)
Menurut beliau seorang wali kelas memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam hal bimbingan, dimana setiap wali kelas harus memahami dan mengenal karakteristik setiap siswanya dengan baik, tidak hanya itu wali kelas juga memantau jikalau terdapat permasalahan dalam kelasnya, wali kelas juga membantu tugas guru BK, dimana wali kelas melaporkan permasalahan yang tidak dapat di selesaikan oleh wali kelas. Di dalam kelas masalah yang muncul biasanya masalah antar teman, beliau sendiri melakukan pendekatan dengan di anggap sebagai teman oleh siswa-siswinya, karena dengan cara ini wali kelas bisa menjadi akrab dan dekat dengan siswa siswinya.

4.    Rofi Al Juhaeni, S.Pd (11 IPA 7)
Beliau selaku wali kelas rutin melakukan bimbingan untuk memberikn nasihat terhadap siswa-siswinya. Permasalahan yang muncul yakni pada saat beliau baru menjadi wali kelas dimana di dalam kelas siswa-siswinya mengelompok, tidak akrab satu sama lain, terdapat kubu pria dan wanita, setelah di telusuri ternyata antara pria dan wanita terdapat permasalahan dimana pria selalu mengejek wanita dan wanita merasa tersinggung, sehingga mereka tidak akrab. Kemudian beliau melakukan tindakan dengan memberikan bimbingan setelah selesai jam sekolah dan siswa-siswinya di beri nasihat sehingga antara pria dan wanita masalahnya dapat terselesikan.

C.  Kepala/waka sekolah.
Kepala/waka sekolah ini berperan aktif dalam program BK di sekolah secara tidak langsung. Tugas ketua/waka sekolah ini mengawasi berjalannya suatu program BK dan selanjutnya ditangani langsung oleh guru BK kemudian guru tersebut mempertanggung jawabkan tugasnya kepada/waka sekolah. Berikut ini merupakan pendapat dari wakasek kurikulum di SMA N 1 Brebes :
Drs. Maladi (wakasek kurikulum)
Peran BK di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah oleh setiap siswa, padahal peran BK lebih merujuk pada tempat untuk curhat dan konsul siswa. BK memiliki peran dalam pemeliharaan pribadi siswa, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses yang dianggap menjadi lebel bimbingan konseling di banyak sekolah, setiap tindakan yang dilakukan oleh BK sendiri tentunya memiliki tujuan yang baik untuk siswanya. Dengan kata lain bimbingan konseling di posisikan sebagai musuh bagi siswa yang bermasalah.

D.  Koordinator BK
Koordinator BK merupakan guru BK yang bertanggungjawab atas pembagian tugas guru-guru BK yang lain. Guru tersebut sangat paham dengan semua data siswa yang masuk BK baik untuk menyelesaikan masalah maupun dalam prestasi siswa. Berikut ini pendapat dari Koordinator BK di SMA N 1 Brebes:


Dewi Ekasari M.Pd
Bimbingan konseling merupakan proses pemberian bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang di hadapi oleh siswa dan siswi di sekolah, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal. Dalam proses pelaksanaan BK di sekolah menyesuaikan dengan program, program BK masing-masing guru maupun program secara umum. Program masing-masing guru di sesuaikan dengan siswa yang mereka asuh, di awal guru memberikan need assessment, Asessmen sendiri merupakan salah satu kegiatan pengukuran. Kemudian dari need assessment tersebut di analisis hasilnya yang kemudian di buat program. Dari program tersebutlah di buat layanan-layanan untuk siswa yang membutuhkan, baik individu, kelompok maupun secara klasikal. Jadi layanan yang dilakukan adalah layanan yang sesuai dengan program yang telah di buat berdasarkan need assessment. Dengan jumlah 7 guru BK sudah ideal. Untuk pelayanannya terbagi dalam beberapa format layanan baik kelompok, individu klasikal, sehingga bisa di lakukan jadwal yang fleksibel, tidak harus dilakukan di kelas, tetapi juga bisa di lakukan di luar kelas. Sehingga dengan jumlah 7 guru BK di sekolah sudah efisien. Sistem pelaksanaan BK di sekolah sendiri di sesuaikan dengan program, misal secara individu dengan melalui konseling, konsultasi dan mediasi. Kemudian secara berkelompok menggunakan bimbingan kelompok atau konseling kelompok. Sedangkan kalua di lapangan di lakukan di luar kelas seperti ada masalah yang berat maka akan di adakan konferensi kasus. Teknik konseling yang di gunakan menyesuaikan dengan masalah yang di hadapi oleh siswa tersebut, jika di SMA maka guru BK lebih ke mengarahkan siswa dan siswa di ajarkan untuk membuat keputusan sendiri. Banyak siswa yang melakukan konsul ke BK, malahan sekarang siswa telah mengalami perubahan mainset atau pola piker mereka terhadap BK, dimana dulu merek beranggapan bahwa anak yang masuk ke BK adalah anak-anak yang bermasalah atau nakal dan sekarang para siswa tidak takut datang ke BK untuk konsul dan menceritakan masalahnya. Masalah yang sering muncul yakni masalah ketertiban, pribadi hubungan dengan keluarga ataupun dengan teman, dan setiap tahun pasti ada bimbingan mengenai karir untuk memilih PTN. BK bekerja sama dengan para guru untuk memperoleh data para murid dan bekerja sama juga dengan wali kelas untuk membantu dalam memecahkan masalah pada peserta didik. Kendala pelaksanaan BK di sekolah adalah dimana sekolah tidak memberikan jam kelas untuk para guru BK, sehingga BK kesulitan dalam mengenal peserta didik, kemudian guru BK memperoleh data siswa dengan cara menyebar angket.

E.   Guru BK
     Guru BK merupakan guru yang menangani permasalahan siswa disekolah baik permasalahan di kelas maupun permasalahan di luar sekolah. Saat ini Guru BK di sekolah tidak masuk ke kelas-kelas, sehingga membuat guru susah memantau tingkah laku siswa. Berikut ini pendapat dari beberapa guru BK di SMA N 1 Brebes :
1.    Amin Fauzi, S.Pd
Bimbingan dan konseling merupakan sarana untuk menyelesaikan ataupun memberikan layanan kepada siswa dan siswi. Dalam proses pelaksanaan di SMA N 1 Brebes di awali dengan menyebar angket untuk mencari data mengenai permasalah siswa yang kemudian di buat perencanaan layanan untuk pelaksanaan kegiatan. Masalah yang muncul dalam proses pelaksanaan BK di sekolah yakni dimana guru BK tidak di berikan jam untuk masuk ke kelas, sehingga BK melaksanakan kegiatan bimbingan di luar jam mata pelajaran. Hal ini lah yang membuat guru BK kesulitan untuk mengenal dan memahami para siswa, karena pelaksanaan BK yang paling efisien adalah di dalam kelas. Kemudian guru BK membuat program camp counseling dimana ini adalah kegiatan menginap dan di lakukan di luar jam mata pelajaran.
Kegiatan ini di ikuti oleh siswa yang memiliki masalah dan belum terselesaikan, dalam kegiatan ini di adakan layanan konseling individu dan konseling kelompok. Kemudian jika masalah siswa tidak dapat terselesaikan juga maka akan di adakan konferensi kasus. Dalam konferensi kasus ini juga di hadiri oleh orang tua dari siswa yang bersangkutan dan dalam konferensi kasus ini juga menentukan siswa untuk di keluarkan dari sekolah atau tidak. Siswa di sekolah kurang mengetahui tentang BK dimana siswa selalu beranggapan bahwa BK identik dengan tempat yang menakutkan, padahal tujuan BK sebagai tempat curhatan siswa dan tempat untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang di hadapi oleh siswa.

2.    Lailu Sadad, S.Pd
Bimbingan dan konseling di sekolah harus di lakukan secara rutin, baik secara individu, kelompok, maupun klasikal. Namun dalam proses berjalannya program dan layanan BK di sekolah, pasti akan ada kendala dan hambatan. Menurut beliau permasalahan yang muncul dalam proses pelaksanaan BK di sekolah adalah dimana tidak diberikannya waktu masuk dalam kelas. Seharusnya BK mendapat jam di kelas agar lebih maksimal. Karena tidak di berikan jam untuk masuk ke kelas maka guru BK memanfaatkan jam kosong. Siswa di sekolah yang aktif konsul adalah kelas 12, mereka berkonsultasi mengenai menentukan PTN yang akan mereka masuki setelah lulus dari SMA.

F.   Siswa
Siswa merupakan masyarakat di sekolah terdiri dari beberapa anak yang ingin menempuh Pendidikan lebih tinggi. Sering kali siswa memiliki masalah dalam menerima pelajaran di kelas. Hal ini didukung oleh masalah individual ataupun lingkungan yang kurang nyaman, maka siswa perlu adannya bimbingan dari guru BK untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Berikut ini merupakan pendapat dari beberapa siswa yang ada di SMA N 1 Brebes :
1.    Risma amelia putri (12 IPA 1)
Di sekolah terdapat pelayanan bimbingan dan konseling, guru BK dalam seminggu hanya 1 kali dan mengambil jam kosong di karenakan di sekolah tidak di berikannya jam BK untuk masuk kelas. Biasanya guru BK masuk kelas dengan waktu yang singkat, bahkan kurang dari 1 jam, guru BK hanya menyebar angket dan sedikit memberikan nasihat. Di luar dari jam mata pelajaran biasanya datang ke ruang BK untuk berkonsultasi mengenai PTN dan mengenai kesulitan dalam belajar. Sedangkan ketika memiliki masalah di sekolah dirinya lebih memilih teman sebagai tempat bercerita. Menurutnya dia lebih nyaman bercerita kepada teman mengenai permasalahan di sekolah di bandingkan bercerita dengan guru BK, alasannya karena ketika bercerita dengan teman tidak merasa malu dan karena sudah akrab.

2.    Maulana Muhammad M (12 IPA 1)
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah berjalan dengan baik dan lancar, hanya saja guru BK masuk ke dalam kelas tidak menentu karena tidak di berikannya jam kelas untuk guru BK, hanya memanfaatkan waktu kosong dan itupun hanya sebentar, sehingga proses pelaksanaannya kurang maksimal.

3.        Anisa Uli T (12 IPA 1)
Guru BK di sekolah sangat di butuhkan terutama untuk hal menertibkan siswa dan menyelesaikan permasalahan yang sedang di hadapi oleh siswa. Selain itu guru BK di sekolah juga sangat membantu dalam memberikan saran terutama saran dalam memilih jurusan/prodi di perguruan tinggi yang sesuai dengan kemampuan siswanya.

4.        Sahrun Rojikin (11 IPA 6)
Di sekolah terdapat bimbingan dan konseling tetapi pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri samar-samar, di karenakan guru BK tidak pernah masuk sama sekali ke dalam kelas. Sehingga siswanya kurang mengenal dan memahami tentang BK di sekolah. Akibatnya siswa akan malas berkonsultasi ke BK di karenakan kurang akrab, sehingga menimbulkan rasa canggung ketika akan bercerita. Seharusnya guru BK di berikan jam masuk kelas meskipun hanya sebatas 1 jam saja.

5.        Viska Maulid F (11 IPS 2)
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pelaksanaanya kurang maksimal, di karenakan guru BK tidak pernah masuk ke dalam kelas, sehingga siswa kurang mengenal dan akibatnya siswa akan jarang berkonsultasi kepada guru BK.

6.    Maharani Fitrah S (11 IPA 7)
Peran guru BK di sekolah sangat di butuhkan, terutama dalam hal memberi saran dan motivasi terhadap siswanya. Seharusnya guru BK di berikan jam kelas agar pelaksanaan program dan layanan BK dapat berjalan dengan baik dan lancar.

7.    Putri F (10 IPA 5)
Di sekolah pelaksanaan BK kurang berjaln dengan baik, di karenakan tidak adanya jam kelas untuk guru BK, sehingga tidak ada waktu untuk berinteraksi antara siswa dan guru BK. Guru BK hanya menyebarkan angket di kelas dan hanya memberikan sedikit materi di selah siswa mengisi angket tersebut.

8.    Dyah Kartika (10 IPA 6)
Guru BK masuk ke dalam kelas dengan waktu yang tak menentu. Guru bk hanya memanfaatkan waktu kosong dan jam di luar mata pelajaran. Biasanya guru BK akan meminta waktu sebentar ketika jam istirahat untuk memberikan bimbingan.

9.    Rizal Purnama (12 IPA 4)
Bimbingan dan konseling di sekolah seharusnya di berikan secara rutin kepada siswanya, sehingga siswa mendapatkan pengarahan dan motivasi. Tetapi pada kenyataanya pelayanan BK kurang berjalan dengan baik karena tidak di adakannya jam kelas untuk guru BK.





G.  TU
TU atau yang sering disebut Tata Usaha dalam suatu sekolah mengolah data mengenai jumlah siswa,tagihan biaya SPP siswa. TU juga berhubungan dengan adanya guru BK disekolah, karena mengenai jumlah siswa, prestasi siswa maupun biaya SPP siswa jika ada masalah yang menangani masalah atau penghargaan tersebut tentu guru BK ikut berperan. Berikut ini pendapat dari beberapa TU di SMA N 1 Brebes:
1.    Irfan Saiful amin
Di sekolah peran BK sangatlah penting terutama dalam upaya untuk mentertibkan para siswa dan memperbaiki sikap siswa. Sehingga siswa memiliki sikap yang baik dan santun. Jika tidak ada BK di sekolah tentunya sekolah akan kesulitan dalam membangun karakter siswa jika hanya di lakukan oleh guru studi. Dalam proses pelaksanaan BK sendiri tidak terlepas dari kerja sama, dimana guru BK bekerja sama dengan guru studi dan wali kelas untuk mengumpulkan data ataupun informasi mengenai siswa.

2.    Multazam Fahmy
Tentunya peran BK di sekolah sangatlah penting, dapat di bayangkan bagaimana sikap para siswa di sekolah yang tidak terkendali dan tidak memiliki sikap yang baik, di karenakan tidak adanya guru spesialis dalam bidang tersebut untuk mentertibkan dan memberikan nasihat kepada siswa. Oleh karena itu, tanpa adanya guru BK maka setiap siswa di sekolah karakter siswa akan terbentuk kea rah yang negatif.








BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari guidance dan counseling dalam bahasa inggris. Arti dari kedua istilah itu baru dapat ditangkap dengan tepat, bila ditinjau apa yang dimaksudkan dengan kedua kata asli dalam bahasa inggris. Dalam kamus bahasa inggris Guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut: menunjukan jalan (showing the way), memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving instruc- tion), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberi- kan nasihat (giving advice).
Kalau istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan di atas, akan muncul dua pengertian yang agak mendasar yaitu:
1. Memberikan informasi, yaitu menyajikan pengctahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.
2. Mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan. Tujuan itu mungkin perlu diketahui oleh kedua belah pihak.
 Kalau literatur profesional tentang guidance (dalam Bahasa Inggris) dan bimbingan (dalam bahasa Indoncsia) dipelajari secara cermat, akan jelaslah bahwa kedua pengertian itu ditolak sebagai pengertian yang khas bagi guidance dan bimbingan. Tidak disangkal adanya kemungkinan seseorang diberi informasi atau diarahkan, tetapi ini tidak mencerminkan hakikat dari pelayanan bimbingan, seolah olah orang yang dibimbing tinggal saja diberi pengetahuan atau pengarahan tanpa adanya sesuatu yang lain. Dengan kata lain pengertian pokok yang terkandung dalam guidance dan bimbingan bukanlah memberi informasi atau mengarahkan saja, namun lebih jauh dari itu. Dalam kamus bahasa inggris counseling dikaitkan dengan kata consel yang diartikan sebagai berikut: nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take coun- sel) dengan demikian counseling akan diartikan sebagai pemberian nasihat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar fikiran. Pengertian ini bukanlah dimaksudkan dengan konseling literatur profesional tentang counseling (dalam bahasa inggris) dan penyuluhan atau konseling (dalam bahasa Indonesia) dipelajari secara cermat, akan jelaslah bahwa pengertian dan anjuran ditolak scbagai pengcrtian yang khas untuk coun seling, akan jelas pula pengertian pembicaraan hanya diterima sampai pada taraf tertentu. Oleh karena itulah pengertiarn penyuluhan sebagai arti dari counseling sejak tahun 1980 diganti dengan istilah konseling, karena dikhawatirkan bahwa kata penyuluhan akan dikaitkan dengan kata suluh obor, atau dihubungkan dengan penyuluhan yang diberikan dalam rangka bimbingan masyarakat, penyuluhan masyarakat, penyuluhan pertanian, penyuluhan program keluarga berencana, penyuluhan agama dan sebagainya.
Dalam penyuluhan semacam itu unsur pemberian informasi dan pemberian nasihat memang cukup menonjol, schingga istilah penyuluhan dianggap tidak sesual sebagai terjemahan bagi istilah counseling. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan penyelenggaraan pendidikan pada umumnya dan dalam hubungan saling pengaruh antara orang yang satu dengan lainnya, peristiwa bimbingan setiap kali dapat terjadi. Ibu bapa membimbing anak-anaknya, guru membimbing muridnya, baik melalui kegiatan pengajaran maupun non peng ajaran, demikian pula para pemimpin membimbing warganya melalui berbagai kegiatan. Peristiwa seperti itu dapat disebut sebagai bimbingan informal yang bentuk, isi dan tujuan, serta aspek-aspek penyelenggaraan tidak terumuskan secara nyata. Sesuai dengan tingkat perkembangan budaya manusia muncullah kemudian upaya upaya bimbingan yang selanjutnya disebut bimbingan formal. Bentuk, isi dan tujuan serta aspek aspek penyelenggaraan bimbingan dan konseling formal itu mempunyai rumusan yang nyata. Bentuk nyata dari gerakan bimbingan dan konseling yang formal berasal dari Amirika Serikat yang telah dimulai pengembangannya sejak Frank Parson mendirikan sebuah badan bimbingan yang disebut vocational Burcau di Boston pada tahun 1908. badan ini selanjutnya diubah namanya menjadi Vocational Guidance Bureau. Usaha parson inilah yang menjadi cikal bakal pengembangan gerakan bimbingar dan konseling di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, dalam rangka untuk lebih memahami akan pengertian bimbingan dan konseling perlu ditinjau pengertian bimbingan dan konseling secara lebih luas untuk dijadikan pangkal tolak bagi pembahasan seluk beluk bimbingan dan konseling lebih jauh.

1.        Pengertian bimbingan
Rumusan tentang bimbingan formal telah di ushakan orang sejak awal abad ke-20, sejak abad ini rumusan demi rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan Itu sendiri sebagai suatu pekerjaan khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Rumusan tersebut dikemukakan sebagai berikut: Bimbingan sebagal bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempiapkan diri dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Parson, dalam Jones, 1951). Pengertian lain menyebutkan bahwa bimbingan membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan- kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai satu bentuk bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan. (Dunsmoor & Miller, dalam Mc Daniel, 1969). Demikian pula dalam pengertian yang lainnya menyatakan bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperolch pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukarn dalam membuat pilihan pilihan, rencana rencana dan interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik. Berikutnya (Smith, dalam Mc Daniel 1959) bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya sepenuhnya sesuai dengan ide demokrasi Manakala (Mortenson & Scmuller, 1976) bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Lebih lanjut menurut (Sheruzer dan Stone, 1971) bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat faham akan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan kehidupan pada umumnya. Sehingga dia akan dapat menikmati kebahagian hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian berarti bimbingan itu adalah proses untuk membantu individu memahami dirinya dan dunia di sekelilingnya supaya ia dapat menggunakan kemampuan dan bakat yang ada dengan optimal. Pengertian-pengertian bimbingan di atas mempunyai beberapa implikasi tertentu; Pertama, pengakuan adanya perbedaan antara individu dalam mencapai tujuan pendidikan. Kedua, layanan bimbingan merupakan layanan yang memberi- kan bantuan dan bukan arahan atau membuat pilihan untuk individu tentang apa yang harus dilakukan. Bimbingan bukan bertujuan untuk membuat keputusan terhadap individu atau mempengaruhi individu agar menuruti suatu idealisme, faham atau pandangan si pembimbing yang dianggap benar dan harus diikuti oleh orang yang dibimbing. Ketiga, bimbingan memerlukan kerjasama yang harmonis antara guru pembimbing, guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua, pelajar dan seluruh personil bimbingan dan konseling di sekolah. Seluruh potensi yang ada di sekolah harus dikerahkan dan bekerja sama, agar bantuan dapat di terima secara maksimal oleh setiap individu. Menurut Rochman Natawidjaja (1987) bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dari beberapa pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa bimbingan itu adalah:
1.    Suatu proses yang berkesinambungan sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanannya.
2. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi bagi individu yang dibimbing
3. Bantuan itu diberikan kepada individu, baik perorangarn maupun kelompok, pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh kekuatan klien itu sendiri.
4. Bimbingan diberikan oleh orang orang yang ahli, yang telah memperoleh pendidikan serta latihan yang memadai dalam bimbingan.
5. Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma/nilai berlaku dalam masyarakat (Prayitno dan Erman Anti, 1999).

2.    Pengertian Konseling
Istilah konseling telah digunakan dengan luas sebagi kegiatan yang dipikirkan untuk membantu seseorang menyelesaikan masalahnya. Kata konseling mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, bimbingan atau pemecahan masalah. Tugas konseling adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk mengcksplorasi, menemukan dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu. Pengertian yang sederhana untuk konseling adalah sebagai suatu proses pembelajaran yang sescorang itu belajar tentang dirinya scrta tentang dalam dirinya lalu menentukan tingkalh laku yang dapat memajukan perkembangan peribadinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konseling ialah hubungan antara scorang konselor yang terlatih dengan seorang klien atau lcbih, bertujuan untuk membantu klien memahami ruang hidupnya, serta mempelajari untuk membuat keputusan sendiri melalui pilihan pilihan yang bermakna dan yang berasaskan informasi dan melalul penyelesalan masalah masalah yang berbentuk emosi dan masalah pribadi. Robinson dalam M. Surya dan Rochman Natawijaya (1986) mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana seorang yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, hubungan konseling menggunakan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberi kan bantuan melalui pengambilan keputusan. Dalam pengertian yang lain, Pepensky & Pepensky, dalam Shertzer & Stone. (1974). Konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan dalam tingkah laku klien. Gibsons (1981) pula menekankan bahwa konseling ialah hubungan tolong menolong yang berpusat kepada perkembangan dan pertumbuhan scseorang individu serta penyesuaian dirinya dan kehendaknya kepada penyelesaian masalah, juga kehendaknya untuk membuat keputusan terhadap masalah yang dihadapinya. Konseling mengindikasikan hubungan profesional antara konsclor terlatih dengan klien. Hubungan ini bersifat individu ke individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang. Konseling didesain untuk menolong klien memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan dan untuk membantu mencapal tujuan penentuan diri mereka pilihan yang telah dinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka dan melalui pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal Ini berarti bahwa seseorang itu belajar menyesuaikan diri dalam kaunseling dan belajar dalam pertumbuhan dan perkembangan dirinya serta orang lain. Olch karena itu scorang konselor harus dapat melihat kliennya dalam proses perkembangan dapat memberikan bantuan terhadap kliennya. Menurut Tyler (1969) dalam konseling bukan hanya klien yang belajar, tetapi konselor juga belajar untuk memahami dirinya agar suatu persetujuan dapat dicapai. Demikian pula dijelaskan dari pendapat Maclean, dalam Shertzer&Stone, (1974) menyatakan bahwa konseling suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang pro- fesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. Wren (1955) menyatakan konseling adalah suatu hubungan yang dinamik dan bertujuan antara konselor dan klien. Konseling bukan saja bertujuan untuk memenuhi kehendak seseorang pelajar, tetapi juga ke ikut sertaan dan kesepahaman yang ditunjukkan oleh konselor- klien, agar kedua-duanya dapat berinteraksi dengan baik. Konselor-klien dapat memusatkan perhatian terhadap penjelasan dan penetapan diri sendiri. Manakala menurut Pietrofesa dan kawan kawan (1980) menunjukan ciri konseling profesional sebagai berikut:
a. Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan olch seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu.
b. Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mem pelajari ketcrampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah serta tingkah laku atau sikap-sikap baru.
c. Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah. Prayitno dan Erman Anti (1999) mengartikan konseling ialah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Pengertian konseling di atas dikemukakan dengan cara dan gaya berbeda, namun di antara berbagai pengertian terdapat kesamaan, kesamaan itu menyangkut ciri pokok berikut ini:
 a. Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan lain untuk meningkatkan kefahaman kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi itu.
b. Model interaksi dalam konseling, terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dan klien saling berbicara.
c. Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan terarah kepada pencapaian tujuan.
d.Tujuan dari hubungan konseling terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
e. konseling merupakan proses dinamis, di mana individu klien dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
f. Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien, atas dasar penghargaan terhadap harkat dan martabat klien.
 Dari uraian di atas tentang pengertian bimbingan dan konseling, dapat dirangkumkan bahwa bimbingan adalah suatu proses yang berkesinambungan sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanannya Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan, bantuan di sini tidak diartikan sebagai bantuan material (seperti uang, hadiah, sumbangan dan lain-lain), melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi bagi individu yang dibimbing. Bantuan itu diberikan kepada individu, baik perorangarn kelompok, sasaran pelayanan bimbingan adalah orang yang diberi bantuan, baik orang seorang secara individu ataupun secara kelompok.
Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh kekuatan klien itu sendiri. Bimbingan diberikan oleh orang orang yang ahli, yang telah memperoleh pendi- dikan serta latihan yang memadai dalam bidang bimbingan, bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma/nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian bimbingan dapat diartikan scbagai bantuan yang diberikan untuk membuat penilaian dan penyesuaian yang berdasarkan pemberitahuarn dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan untuk mengarahkan diri sendiri. Manakala konseling dilakukan dengan wawancara, karena di dalam wawancara konseling itu klien mengemukakan masalah yang sedang dihadapi kepada konselor dan konselor menciptakan suasana hubungan yang akrab dengan menerapkan prinsip dan teknik wawancara konseling sedemikian rupa, schingga masalahnya itu terjelajahi segenap seginya dan pribadi klien terangsang untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan kekuatannya sendiri. Proses konseling pada dasarnya adalah usaha menghidupkan dan mendayagunakan sccara penuh fungsi yang menimal dan potensial organismik ada pada diri klien itu. Jika fungsi ini berjalan dengan baik dapat diharapkan dinamika hidup klien akan kembali berjalan dengan wajar mengarah kepada tujuan yang positif.


B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
1. Latar Belakang Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai peserta didik, merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hal tersebut, merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subjek didik, dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Beberapa masalah psikologis yang merupakan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah, antara lain:
a. Masalah Perkembangan Individu
b. Masalah Perbedaan Individu
c. Masalah Kebutuhan Individu
d. Masalah Penyesuaian Diri
e. Masalah Belajar
2. Latar Belakang Sosial Budaya
Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang diberikan di sekolah, namun sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup memadai dalam membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan yang dialaminya dan menyiapkan siswa terjun dimasyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu, diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang secara khusus diberi tugas dan tanggung jawab untuk memberi bantuan kepada siswa dalam memecahkan berbagai masalah.
3. Latar Belakang Paedagogis
a. Perkembangan Pendidikan
Salah satu cirri dari perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen system pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar pembelajaran, alat bantu belajar, sumber-sumber, dan sebagainya. Para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses dan memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Peranan Guru
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama adalah mendidik dan membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Maka dari itu seorang guru harus memahami segala aspek pribadi anak didik baik dari segi jasmani maupun rohani. Seorang guru juga harus mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan perannya, pekerjaan, kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkat kecakapan yang harus dimilikinya.

C. Fungsi Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi Pemahaman
Fungsi bimbingan dan konseling yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri (potensi yang dimilikinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. Pemahaman yang sangat perlu yaitu pemahaman tentang dirinya klien sendiri beserta permasalahannya, termasuk juga pemahaman terntang lingkungan diri klien.
1. Pemahaman tentang diri klien
     Sebelum seorang konselor memberikan layanan, meraka perlu terlebih dahulu memahami tentang klien yang akan dibantunya agar nantinya konselor dapat mengarahkan bimbingannya. Bagi konselor, upaya memahami klien ialah tugas awal dari setiap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konselinag.
2. Pemahaman tentang masalah klien
     Pemahaman terhadap klien membantu konselor dalam penanganan masalah, oleh karena itu pemahaman ini wajib dilaksanakan. Pihak-pihak yang perlu memahami masalah klien adalah klien itu sendiri, orang tua, guru, serta konselor.
3. Pemahaman tentang lingkungan yang luas
  Untuk dapat memahami individu secara mendalam, maka pemahaman individu tidak hanya mencakup pemahaman terhadap lingkungan dalam arti sempit tetapi pemahaman terhadap lingkungan yang lebih luas. Pemahaman tersebut akan sangat membantu konselor dalam proses pemberian pelayanan bantuan.
b. Fungsi Pencegahan (Preventif)
Fungsi pencegahan dalam pelaksanaannya bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting. Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana, lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi (Horner & McElhaney, 1993). Layanan bimbingan bisa berfungsi pencegahan, yang artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Bentuk kegiatannya bisa berupa orientasi, bimbingan karir, inventarisasi data. Bentuk orientasi yang biasa dilakukan adalah untuk memberikan pencegahan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.
Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi pada diri konseli dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Adapun cara yang dilakukuan atau upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor, antara lain:
1.    Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negative terhadap individu yang bersangkutan.
2.    Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.
3.    Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
4.    Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
5.    Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengentasan
Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Tidak dipakainya istilah tersebut karena istilah itu berorientasi bahwa peserta didik adalah orang yang “sakit” serta untuk mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang berkonotasi bahwa peserta didik yang dibimbing adalah orang “tidak baik atau rusak”. Melalui fungsi pelayanan ini akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Walaupun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilakukan, namun mungkin saja klien atau konseli masih memiliki atau menghadapi masalah tertentu. Individu yang memiliki masalah akan merasa tidak nyaman pada dirinya. Konseli yang bermasalah akan mendatangi konselor dengan tujuan untuk dientaskannya masalah yang mengganggunya. Disinilah fungsi pengentasan masalah berperan yaitu pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan teratasinya masalah yang dialami klien.
d. Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi dan berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.


D.    Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan Umum
Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada, serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Pencapaian tujuan umum bimbingan dan konseling tersebut dalam rangka pengembangan perwujudan keempat dimensi kemanusiaan individu. Dimensi-dimensi tersebut dapat dirumuskan sebagai dimensi keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi keberagaman (religiusitas) (Prayitno, 1999:16). Pengembangan dimensi keindividualan memungkinkan seseorang memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah kepada aspek-aspek kehidupan yang positif. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang teguh, positif, produktif, dan dinamis. Perkembangan dimensi kesosialan memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerjasama dan hidup bersama orang lain. Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi pertama dan kedua. Dimensi kesusilaan dapat menjadi pemersatu sehingga keindividualan dan kesosialan dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna. Dalam dimensi keagamaan ini, manusia senantiasa menghubungkan diri dengan tuhan Yang Maha Esa.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah yang dihadapi individu berbeda-beda dan bersifat unik, maka tujuan khususnya bersifat unnik pula, artinya tujuan bimbingan dan konseling untuk individu yang satu dengan individu yang lain tidak boleh disamakan.

E.  Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Sesuai dengan makna uraian tentang kefahaman, penanganan dan penyikapan yang meliputi unsur kognisi, afeksi dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah yang menjamin efesien dan efektifitas proses dan lainnya. Kaidah-kaidah tersebut didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi, antara lain bahwa layanan harus didasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien, dan tuntutan optimalisasi proses penyeleng garaan layanan di segi lain, yaitu antara lain suasana konseling ditandai oleh adanya kehangatan, kefahaman, penerimaan, kebebasan dan keterbukaan serta berbagai sumber daya yang perlu diaktifkan.
 Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Asas asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarclaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan keahlian, alih tangan kasus dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987). Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan secara terperinci masing-masing asas tersebut sebagai berikut:
a.       Asas Kerahasiaan, yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini konselor berkewajiban penuh memelihara semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
b. Asas Kesukarelaan, yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien mengikuti, menjalani layanan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Asas Keterbukaan, yaitu menghendaki agar klien yang menjadi sasaran layanan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan klien. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri klien yang menjadi sasaran layanan. Agar klien dapat terbuka, konselor terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
d. Asas Kekinian, menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan klien dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
e. Asas Kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni klien sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
 f. Asas Kegiatan, yaitu menghendaki agar klien yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini konselor perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap layanan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara konselor dan pihak pihak yang berperan dalam penyclenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
i. Asas Kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau daripada norma agama, adat, hukum, ilmu pengetahuan, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini ditetapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari pada norma-norma yang dimaksudkan. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
j. Asas Keahlian, yaitu menghendaki agar layanan dan bimbingan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah kaidah professional. Dalam hal ini para pelaksana konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu menghendaki agar pihak pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orangtua, guru-guru, atau ahli lain demikian pula konselor dapat mengalih tangankan kasus kepada guru mata pelajaran, guru praktek dan lain-lain.
l. Asas Tut Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian juga segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.

F.     Ruang lingkup bimbingan dan konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan yang penting, bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Oleh itu ruang lingkup bimbingan dan konseling dapat dibagikan kepada dua bahagian yaitu bimbingan dan konseling di dalam sekolah dan bimbingan dan konseling di luar sekolah.
a.         Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah Sekolah.
Merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam lembaga sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus. Bidang- bidang tersebut di antaranya: Pertama, bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi peserta didik. Kedua, bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan serta bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik dan pengawasan, termasuk dalam bidang ini tanggung jawab konselor sekolah yaitu tanggung jawab konselor kepada siswa, kepada orangtua, kepada sejawat, kepada sekolah dan masyarakat dan kepada diri sendiri serta profesi. Ketiga, bidang kesiswaan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individu agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi dan minatnya serta tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam proses pendidikan khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik baiknya untuk memenuhi secara optimal keperluan peserta didik dalam proses perkembangannya.
b.        Pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah.
   Warga masyarakat yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling ternyata tidak hanya mereka yang berada di lingkungan sekolah atau pendidikan formal saja. Warga masyarakat di luar sekolah pun banyak yang mengalami masalah yang perlu dientaskan dan kalau mungkin timbulnya masalah-masalah itu justru dapat dicegah. Konseling di luar sekolah meliputi:
1.    Bimbingan dan Konseling Keluarga
Keluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan masyarakat. Di dalam keluargalah setiap warga masyarakat memulai kehidupannya dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat. Ketika menangani konseling, scorang konselor harus sadar bahwa ia tidak boleh melihat klien hanya sebagai individu saja karena dalam kenyataannya klien tidak hidup dalam lingkungan yang statis. Keluarga adalah salah satu bagian dari hidup klien yang memberi pengaruh yang sangat besar, bahkan dapat dikatakan paling besar. Pengaruh keluarga ini bisa positif tetapi juga bisa negatif. Dari sekian banyak kasus konseling yang dihadapi konselor ternyata bahwa masalah keluarga merupakan faktor yang paling kuat yang menycbabkan masalah masalah lain timbul. Lebih jauh, mutu kehidupan di dalam masyarakat dan mutu masyarakat itu sendiri sebagian terbesar ditentukan oleh mutu keluarga keluarga yang mendukung kehidupan masyarakat itu. Dalam kaitan itu keperluan dan kebahagiaan keluarga mutlak memerlukan perhatian bagi segenap pihak yang berkepentingan dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat. Kehidupan dan perkembangan mengandung resiko, maka resiko itupun dapat menimpa anggota keluarga, karena anggota keluarga tidak imun terhadap berbagai permasalahan yang terjadi Palmo, Lowry Weldon, dan Scioscia (1984) mengidentifikasi perubahan perubahan yang terjadi yang secara signifikan mempengaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya perceraian kedua orangtua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria dan wanita, dan kebebasan hubungan seksual. Selain itu mening katnya kesadaran tentang anak-anak cacat, keadaan depresi dan bunuh diri, kesulitan mencari pekerjaan dan ketidakmampuan ekonomi pada umumnya manambah unsur unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga. Secara umum masalah masalah yang banyak dihadapi oleh keluarga yang tidak dapat mereka atasi dan memerlukan bantuan orang lain yaitu konselor diantaranya: pertama, peristiwa atau situasi yang membuat stress kedua, sumber-sumber kekuatan dalam keluarga, ketiga, cara anggota keluarga memandang situasi yang terjadi.
Unsur-unsur yang tidak menguntungkan itu secara langsung ataupun tidak langsung membawa pengaruh kepada anggota keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, baik mercka yang masih mengikuti pendidikan di sekolah maupun yang tidak bersekolah lagi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntungkan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling ke dalam keluarga.
2.        Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi dilingkungan sekolah dan keluarga saja, melainkan juga di luar keduanya. Warga masyarakat dilingkungan perusahaan, industri, kantor kantor pemerintah dan swasta, lembaga lembaga kerja lainnya, organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan, bahkan di lembaga pemasyarakatan, rumah jompo, rumah yatim piatu, rehabilltasi penyandang cacat atau panti asuhan, rumah sakit dan lain sebagainys, tidak terhindar dari kemungkinan menghadapi masalah. Oleh karena itu, di sana diperlukan jasa bimbingan dan konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangka daerah kerja yang lebih luas itu perlu diselenggarakan oleh konselor yang bersifat multidimensional (Chiles & Eiken, 1983) yaitu yang mampu bekerja sama selain dengan guru administrator dan orangtua juga dengan berbagai komponen dan lembaga di masyarakat secara lebih luas. Konselor seperti ini bekerja dengan masalah-masalah personal, emosional, sosial, pendidikan dan pekerjaan yang kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah dan menunjang per kembangan individu anggota masyarakat. Konsep profesional yang multidimensi itu akan lebih banyak berperan sebagai pelatih dan supervisor, di samping penyelenggaraan layanan dan kegiatan tradisional bimbingan dan konseling bagi kaum muda dan anggota masyarakat lainnya (Goldman, 1976). Konselor di masa depan bekerja di semua bidang kehidupan, mengabdikan peranan dan jasanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan sumber daya manusia, membantu individu warga masyarakat dari berbagai umur, mencegah timbulnya masalah dan mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakat, dan menjadikan tahap perkembangan yang mereka jalani menjadi optimal (Prayitno, 1990).
G.  Peran Guru dalam Pelaksanaan BK
   Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki psisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor., misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa. oleh karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru ditempatkan sebagai mitra kerja utama, di samping wali kelas. Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.
a.  Guru sebagai Informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan yang dapat berperan sebagai informator, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.
b.  Guru sebagai Fasilitator
Guru dapat berperan sebagai fasilisator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka, pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat mernacang program perbaikan (remedial teaching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan (enrichment).
c.  Guru sebagai Mediator
Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada saat seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
d.  Guru sebagai Motivator
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan pada sekolah-sekolah kita.

e.  Guru sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya yang relevan.




BAB IV
ANALIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan di SMA N 1 Brebes terkait pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yaitu:

1.      Pelaksanaan program BK di SMA N 1 Brebes
Bimbingan dan Konseling yaitu bimbingan yang di lakukan terhadap setiap siswa yang bertujuan untuk mengentaskan permasalahan yang di alami setiap individu, baik melalui bimbingan perorangan (individu), bimbingan kelompok, maupun bimbingan klasikal. Tetapi pada lingkungan sekolah beberapa siswa masih beranggapan bahwa BK seperti polisi sekolah dan hanya untuk siswa yang bermasalah (nakal). Sebagian siswa juga beranggapan bahwa BK merupakan wadah untuk bercerita, baik tentang permasalahan individu ataupun untuk mendapatkan saran. Permasalahan yang muncul pada pelaksanaan program BK di SMA N 1 Brebes adalah dimana BK tidak diberikan jam untuk mengisi di kelas, kebijakan ini di berikan oleh kepala sekolah. Sehingga guru BK di sekolah dalam proses perlaksaan program BK tidak berjalan dengan maksimal, guru BK hanya masuk kelas apabila ada jam mata pelajaran yang kosong, yang kemudian guru BK membuat program counselling camp, yakni kegiatan menginap yang di ikuti oleh siswa yang memiliki masalah dan bertujuan untuk mengentaskan masalah tersebut, baik secara individu maupun kelompok. Permasalahan yang sering muncul di setiap individu antara lain: masalah keluarga, masalah belajar, dan masalah antar teman.




2.      Personel Bimbingan dan Konseling di SMA N 1 Brebes.
Personel utama pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling adlah konselor dan staf dministrasi bimbingan dan konseling. Sedangkan personel pendukung pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait dalam Pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, staf administrasi) dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling, dengan coordinator dan guru pembimbing/ konselor serta staf administrasi bimbingan dan konseling sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas masing-masing personil tersebut, khusus dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1.      Kepala sekolah/wakil kepala sekolah.
Sebagai penanggung jawab kegiatan Pendidikan di sekolah secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugasnya adalah:
a.       Mengkoordinir segenap kegiatan yang di rencanakan, di programkan dan berlangsung di sekolah.
b.      Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas yang di perlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
c.       Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
d.      Mempertanggung jawabkan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, terutama kepada dinas Pendidikan yang menjadi atasannya.
e.       Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang di lakukan oleh pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling.
2.      koordinator guru pembimbing
tugas koordintor guru pendamping sebagai berikut:
a.       mengkoordinasikan para guru pembimbing.
b.      menyusun program.
c.       melaksanakan program.
d.      menilai program.
e.       Mengadakan tindak lanjut.
f.        Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah.

3.      Guru pembimbing
Guru pembimbing mempunyai tugas sebagai berikut:
a.       Melakukan studi kelayakan dan needs assessment pelayanan bimbingan dan konseling.
b.      Merencanakan program bimbingan dan konseling.
c.       Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling.
d.      Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
e.       Menganalisis hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling.
f.        Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.
g.      Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling yang di laksnakannya.
h.      Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan bimbingan dan konseling kepada koordinator guru pembimbing.

4.      Guru mata pelajaran:
Guru mata pelajaran mempunyai tugas sebagai berikut:
a.       Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasikan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling.
b.      Mengalih tangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing.
c.       Membantu mengumpulkan informasi yang di perlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan.
d.      Ikut serta dalam program layanan bimbingan.
e.       Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung, seperti konferensi kasus.

5.      Wali kelas
Wali kelas mempunyai tugas sebagai berikut:
a.       Membantu guru pembimbing dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling.
b.      Memberikan informasi kepada guru pembimbing terkait dengan informasi siswa.
c.       Ikut serta dalam konferensi kasus.

6.      Tata usaha
Staf tata usaha mempunyai tugas sebagai berikut:
a.       Membantu guru pembimbing dan koordinator pembimbing terkait administrasi kegiatan bimbingan dan konseling.
b.      Membantu dalam mempersiapkan kegiatan bimbingan dan konseling.
c.       Membantu melengkapi dokumen tentang siswa.

Seluruh personel telah melakukan tugasnya masing-masing dengan baik, dari kepala sekolah hingga staf tata usaha sudah melaksanakan tugasnya masing-masing terkait dengan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Brebes.



BAB V
PENUTUP


A.    Simpulan Hasil analisis dan pembahasan
Dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah mengalami permasalahan yang mengakibatkan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah kurang maksimal, yakni karena tidak adanya jam untuk masuk kelas. Sehingga guru pembimbing lebih sering melakukan penyebaran angket di saat jam mata pelajaran kosong atau di saat waktu istirahat siswa. Masalah yang muncul di setiap individu berbeda-beda tentunya, dari masalah sudut pandang tentang BK hingga masalah pribadi. Masih terdapat siswa yang beranggapan bahwa BK adalah tempat untuk individu yang bermasalah padahal tujuan BK untuk mengentaskan masalah yang di hadapi oleh setiap individu.
            Personel pelaksana bimbingan dan konseling sudah bekerja secara maksimal, dari kepala/wakil sekolah hingga staf tata usaha sudah menjalankan tugasnya masing-masing dan sudah bekerja sama dengan baik dalam membantu pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

B.     Rekomendasi berdasarkan simpulan.
Dari simpulan di atas seharusnya kepala sekolah SMA N 1 Brebes memberikan jam masuk untuk guru BK, sehingga BK dapat memaksimalkan dalam menjalankan tugasnya, selain itu BK sendiri mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam membentuk karakter setiap individu serta dalam menertibkan individu yang mempunyai masalah. Karena jika BK tidak mendapatkan jam masuk kelas akan mengalami kesulitan dalam mengenal individu di karenakan tidak adanya interaksi antara siswa dengan guru BK.


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Awalya, M.Pd. Kons, Drs. Mugiarsi Heru, M.Pd. Kons, Dra. M. Th. Hartati Sri, M.Pd & Dra. Saraswati Sinta, M.Pd. Kons. Edisi revisi 2016. Bimbingan dan konseling. Semarang: Pusat Pengembangan MKU & MKDK LP3 UNNES.

M. Luddin Abu Bakar. 2010. Dasar-Dasar Konseling. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.







Share:

0 comments:

Post a Comment

Advertise